Pewarta: Aris W Widiastuti
Semarang (ANTARA News) - Kain lukis asal Kota Solo mulai diekspor ke luar negeri di antaranya ke Singapura, Kanada, dan Amerika Serikat.
"Beberapa produk yang kami ekspor ini dalam bentuk syal, kemeja, dan kain, semuanya dilukis secara handmade," kata Pemilik usaha kain lukis Nasrafa Yani Mardiyanto di Semarang, Kamis.
Meski sudah merambah pasar internasional, diakuinya volume pengiriman belum terlalu banyak. Pengiriman ke luar negeri hanya dilakukan sekali dalam kurun waktu 3-4 bulan.
"Secara keseluruhan, 30 persen penjualan produk ini ke luar negeri. Memang tidak mengirimkan secara periodik setiap bulan, tetapi sekali kirim cukup banyak," katanya.
Namun, pihaknya tidak melakukan ekspor secara langsung melainkan melalui agen perusahaan yang ada di Indonesia.
"Biasanya perusahaan yang memiliki galeri di Indonesia, dan mereka ingin membeli dalam jumlah banyak. Jadi kami belum melakukan ekspor sendiri," katanya.
Sementara itu, Yani mengatakan belum terlalu fokus dengan penjualan ke luar negeri karena permintaan pasar dalam negeri terus mengalami peningkatan.
"Terutama untuk jilbab lukis ini kami selalu mendapatkan pesanan. Penjualannya sudah hampir ke seluruh daerah di Indonesia," katanya.
Diakuinya, sistem pemasaran yang dilakukan dan sangat efektif memberikan omzet besar adalah penjualan melalui "online" dan melalui pameran.
"Kalau untuk pameran sudah sampai ke Bali, Jakarta, Sumatera, Semarang, Yogyakarta, dan Solo. Sedangkan kalau online permintaannya hampir dari setiap daerah," katanya.
Meski belum fokus menggarap pasar ekspor, pihaknya berharap suatu saat bisa melakukan ekspor sendiri tanpa harus melalui agen.
"Nantinya kalau produksi semakin banyak, kami akan coba menggarap pasar luar negeri secara optimal. Apalagi saat ini kami baru ada enam pelukis, jadi kalau dari sisi kuatitas produksi juga belum terlalu banyak," katanya yang saat ini menghasilkan 1.000 potong produk lukis setiap bulannya.
"Beberapa produk yang kami ekspor ini dalam bentuk syal, kemeja, dan kain, semuanya dilukis secara handmade," kata Pemilik usaha kain lukis Nasrafa Yani Mardiyanto di Semarang, Kamis.
Meski sudah merambah pasar internasional, diakuinya volume pengiriman belum terlalu banyak. Pengiriman ke luar negeri hanya dilakukan sekali dalam kurun waktu 3-4 bulan.
"Secara keseluruhan, 30 persen penjualan produk ini ke luar negeri. Memang tidak mengirimkan secara periodik setiap bulan, tetapi sekali kirim cukup banyak," katanya.
Namun, pihaknya tidak melakukan ekspor secara langsung melainkan melalui agen perusahaan yang ada di Indonesia.
"Biasanya perusahaan yang memiliki galeri di Indonesia, dan mereka ingin membeli dalam jumlah banyak. Jadi kami belum melakukan ekspor sendiri," katanya.
Sementara itu, Yani mengatakan belum terlalu fokus dengan penjualan ke luar negeri karena permintaan pasar dalam negeri terus mengalami peningkatan.
"Terutama untuk jilbab lukis ini kami selalu mendapatkan pesanan. Penjualannya sudah hampir ke seluruh daerah di Indonesia," katanya.
Diakuinya, sistem pemasaran yang dilakukan dan sangat efektif memberikan omzet besar adalah penjualan melalui "online" dan melalui pameran.
"Kalau untuk pameran sudah sampai ke Bali, Jakarta, Sumatera, Semarang, Yogyakarta, dan Solo. Sedangkan kalau online permintaannya hampir dari setiap daerah," katanya.
Meski belum fokus menggarap pasar ekspor, pihaknya berharap suatu saat bisa melakukan ekspor sendiri tanpa harus melalui agen.
"Nantinya kalau produksi semakin banyak, kami akan coba menggarap pasar luar negeri secara optimal. Apalagi saat ini kami baru ada enam pelukis, jadi kalau dari sisi kuatitas produksi juga belum terlalu banyak," katanya yang saat ini menghasilkan 1.000 potong produk lukis setiap bulannya.
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 comments:
Post a Comment