Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Saleh Husin memuji batik dan tenun Jawa Barat yang memiliki kekayaan kreasi sandang, antara lain dipengaruhi oleh sosial budaya dan kondisi geografis yang komplet seperti pegunungan dan pesisir di selatan dan utara.
“Juga ada pengaruh budaya agraris dan industri yang membuat masyarakat Jabar terbuka dan dinamis. Semakin banyaknya inovasi dan pelestarian batik Jabar maka akan membuatnya makin dikenal,” kata Saleh melalui siaran pers di Jakarta, Selasa.
Saleh menyampaikan hal tersebut saat menerima Ketua Umum Yayasan Batik Jawa Barat, Sendy Dede Yusuf dan beberapa pengurus lainnya di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa.
Selain motif mega mendung asal Cirebon yang selama ini sudah dikenal luas, juga terdapat motif Singa Wadas, Patran Keris, dan Simbar Menjangan dari daerah yang sama. Ada pula batik Ciamis, Cianjur, Bogor, Garut, Indramayu, Sumedang, Tasikmalaya, Banjar dan lain-lain yang masing-masing masih memiliki koleksi motif turunan. Pada pertemuan itu, Saleh juga mengapresiasi Yayasan Batik Jabar yang aktif mengembangkan batik setempat melalui pendekatan edukasi perajin dan pemasaran produk.
Sementara itu, menurut Sendy, pihaknya membentuk organisasi ini sebagai wadah menyatukan aspirasi pemerhati batik, perajin, pengusaha batik dan unsur pemerintahan guna memajukan kerajinan batik.
“Selain batik kami juga mengembangkan dan memberi pelatihan untuk perajin tenun seperti di Majalaya. Kami berharap manfaat ikutannya ialah meningkatnya kesejahteraan perajin batik dan tenun,” ujar dia.
“Juga ada pengaruh budaya agraris dan industri yang membuat masyarakat Jabar terbuka dan dinamis. Semakin banyaknya inovasi dan pelestarian batik Jabar maka akan membuatnya makin dikenal,” kata Saleh melalui siaran pers di Jakarta, Selasa.
Saleh menyampaikan hal tersebut saat menerima Ketua Umum Yayasan Batik Jawa Barat, Sendy Dede Yusuf dan beberapa pengurus lainnya di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa.
Selain motif mega mendung asal Cirebon yang selama ini sudah dikenal luas, juga terdapat motif Singa Wadas, Patran Keris, dan Simbar Menjangan dari daerah yang sama. Ada pula batik Ciamis, Cianjur, Bogor, Garut, Indramayu, Sumedang, Tasikmalaya, Banjar dan lain-lain yang masing-masing masih memiliki koleksi motif turunan. Pada pertemuan itu, Saleh juga mengapresiasi Yayasan Batik Jabar yang aktif mengembangkan batik setempat melalui pendekatan edukasi perajin dan pemasaran produk.
Sementara itu, menurut Sendy, pihaknya membentuk organisasi ini sebagai wadah menyatukan aspirasi pemerhati batik, perajin, pengusaha batik dan unsur pemerintahan guna memajukan kerajinan batik.
“Selain batik kami juga mengembangkan dan memberi pelatihan untuk perajin tenun seperti di Majalaya. Kami berharap manfaat ikutannya ialah meningkatnya kesejahteraan perajin batik dan tenun,” ujar dia.
Upaya ini juga diyakini mampu membuka lapangan kerja baru melalui pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya. Menggandeng para desainer dan pemerhati batik, pihaknya juga terus menciptakan inovasi baik mutu, desain, dan mencari alternatif sumber bahan baku kain batik yang baru.
Pada 19 Mei mendatang, YBJB bakal menggelar “Pesona Batik Pesisir Utara Jawa Barat” di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta. Selain pameran dan revitalisasi batik lama Keraton Cirebon, juga akan diluncurkan Buku Batik Pesisir Utara Jabar, penyerahan sertifikat HAKI dan bazaar.
Peragaan busana juga diagendakan menampilkan 30 model yang memamerkan karya para desainer. Ajang serupa juga pernah dilakukan pada 2014 silam yang memamerkan motif-motif batik pesisir selatan Jabar di Museum Tekstil, Jakarta.
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016
0 comments:
Post a Comment