Batik di Indonesia atau Nusantara sudah hadir sejak berabad yang lalu. Ia lahir dati tradisi keluarga keraton yang akhirnya merembes keluar dan diproduksi juga diluar keraton.
Membatik tidaklah sesederhana yang terlihat. Dari penyiapan kain atau mori sebagai bahan dasar, bahan "melukis", "menggambar" atau "membatik" seperti "malam" atau sejenis lilin yang dicampur dengan pewarna alam atau pewarna buatan pabrik. Canting, stager bambu, kolam atau bak untuk merendam kain batik, tungku pemasak batik, dan halaman penjemur kain batik yang sudah jadi.
Membatik sendiri bisa menjadi sesuatu yang spiritual karena melibatkan emosi atau energi spiritual si pembatik. Membatik bahkan bisa menjadi seperti orang yang berdoa, jenis doa inilah yang menjadi motif batik yang akan dibuat.
Ada harapan dari proses membatik. Bahkan dari pembatik yang berkelas empu, ia akan membatik khusus untuk raja dan keluarganya. Atau juga untuk membuat batik dengan motif untuk beberapa proses ritual budaya.
Bahkan kalau tahu "kunci"-nya untuk membuat "diam" gunung Merapi yang sedang bergejolak, misalnya, cukup si empu dan juru kunci Merpai melarung sejenis "kain batik dengan motif tertentu" kedalam kawah gunung tersebut.
Batik sebagai identitas bangsa wajib dilestarikan, apalagi memang ia ada diberbagai etnis dan suku yang tersebar di seantero Indonesia. Ia patut diperkenalkan kemancanegara.
Secara ekonomi ia telah menciptakan ceruk sumbangsihnya yang tersendiri, baik batik tulis atau batik printing yang berskala industri.
Potensi lapangan kerja yang tercipta cukup besar. Hari ini, tanggal 02 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Mari promosikan penggunaan Batik untuk penggunaan sehari-hari, baik di rumah atau dikantor pada hari-hari tertentu.
Kalau bukan kita lalu siapa lagi?
Membatik tidaklah sesederhana yang terlihat. Dari penyiapan kain atau mori sebagai bahan dasar, bahan "melukis", "menggambar" atau "membatik" seperti "malam" atau sejenis lilin yang dicampur dengan pewarna alam atau pewarna buatan pabrik. Canting, stager bambu, kolam atau bak untuk merendam kain batik, tungku pemasak batik, dan halaman penjemur kain batik yang sudah jadi.
Membatik sendiri bisa menjadi sesuatu yang spiritual karena melibatkan emosi atau energi spiritual si pembatik. Membatik bahkan bisa menjadi seperti orang yang berdoa, jenis doa inilah yang menjadi motif batik yang akan dibuat.
Ada harapan dari proses membatik. Bahkan dari pembatik yang berkelas empu, ia akan membatik khusus untuk raja dan keluarganya. Atau juga untuk membuat batik dengan motif untuk beberapa proses ritual budaya.
Bahkan kalau tahu "kunci"-nya untuk membuat "diam" gunung Merapi yang sedang bergejolak, misalnya, cukup si empu dan juru kunci Merpai melarung sejenis "kain batik dengan motif tertentu" kedalam kawah gunung tersebut.
Batik sebagai identitas bangsa wajib dilestarikan, apalagi memang ia ada diberbagai etnis dan suku yang tersebar di seantero Indonesia. Ia patut diperkenalkan kemancanegara.
Secara ekonomi ia telah menciptakan ceruk sumbangsihnya yang tersendiri, baik batik tulis atau batik printing yang berskala industri.
Potensi lapangan kerja yang tercipta cukup besar. Hari ini, tanggal 02 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Mari promosikan penggunaan Batik untuk penggunaan sehari-hari, baik di rumah atau dikantor pada hari-hari tertentu.
Kalau bukan kita lalu siapa lagi?
0 comments:
Post a Comment